Senin, 30 Desember 2013

SENT

Akhirnya..kata2 itu tak perlu lagi ku tahan. Aku bisa mengungkapkan segalanya tanpa harus lagi berunding dengan hati yang lain.

"Aku kangen sama kamu.." Sahut ku dari kejauhan. Berharap getaran suara ku bisa menjelaskan lebih banyak betapa cekat yang menyakitkan ini pernah menjadi tembok beton yang sulit di tembus utk sekedar berujar mengenai kerinduan.

"Aku kangen tawa mu yang menahan geli karena gelitikanku." helaan nafas panjang ku diakhiri dengan menjatuhkan handphone ke kasur lalu mengacak rambut.

"Aku gak bisa nelfon beneran..baru acting kayak gini aja udah nervous. Aku beneran kangeeeeeeen...." putus asa karena latihan ku tidak bisa terwujud nyata. Belum lagi pukulan tiang listrik 3 kali juga menyadarkan bahwa ide ku itu memang konyol Dan hanya akan menambah rusak keadaan.

Beberapa waktu belakangan ini aku memang sulit tidur. Entah rindu pada sosoknya ataukah hanya pada kenangannya. Itu juga memiliki tanda Tanya besar.

Ya..aku hanya tidak ingin menyeretnya lagi pada harapan akan hubungan yang nyata sementara jiwaku ini labil.

Saat ini yang bisa kuyakini hanya sesak yang mengenalkan diri sebagai rindu. Dan itu membutuhkan penawar.

Tidur!

"Hana rajin sekarang. Baru jam 5 subuh udah bangun." pujian yang terdengar sebagai sindiran dari ibuku.

"ada siaran subuh, Bun.." jawabku jujur.

"kamu gak sarapan dulu?" Tanya Bunda sambil melipat alat sholatnya.

"sarapan di kantor aja bun..perutnya gak enak." jawabku sambil merias diri seadanya. Sedang tidak ada semangat sama sekali.

~~

"kamu kurusan deh, han!" tiba-tiba Ara' teman kantor ku datang mengagetkan.

"kayaknya kamu sering begadang lagi yah?! Bawah mata kamu sampe gede banget kantongnya."

"iya, sengaja biar kalo belanja gak usah beli kantong lagi." jawab ku asal

"asal jangan beli sembarang HATI" dia memberi penekanan. Mungkin niatnya Melucu.

"sakit Karena rindu jangan dianggap remeh lho!"

"maksud kamu?"

"ya..ampun Han..kamu pikir kami ini gak sadar kalo kamu lagi gamang gak jelas?! Keliatannya aja ceria. Tapi kamu gampang ketebak kalo terlalu banyak ngomong! Kamu terlalu berusaha keras."

Aku hanya diam menatap lantai.

"kita mungkin gak terlalu akrab. Aku juga gak tahu kamu kayak gini karena siapa ato yang mana."

Kalimatnya yang terakhir bikin aku mendelik padanya. Tapi masih diam.

"hehehe..becanda. Tapi aku serius kalo kamu harus berhenti gamang sendiri. Maksud aku, biasanya orang kayak kamu itu berperang sendiri sama hatinya. Parahnya adalah kalo orang yang kamu pikirin itu sama sekali gak tauk."

"ara..kami bukan apa-apa. Aku bukan siapa-siapa buat dia." aku mulai bersuara.

"maaf kalo aku ikut campur tanpa kamu minta. Soalnya jidat kamu tulisannya jelas banget kalo minta di 'puk-puk'. " Dia ngeledek aku lagi.

"Kalo memang kalian bukan apa-apa? Kemudian apa yang menjadi besar? Setidaknya kamu harus berbahagia bawa dunia nya tetap berputar begitu juga denganmu."

"tapi apa kamu udah kasih sinyal ke -orang-yang-namanya-gak-bisa-
disebut itu kalo kamu kangen?" pertanyaan tadi menusuk rusuk. Tauk aja dia. Dan lagi-lagi saya cuma bisa diam.

Menggeleng. Itu jawaban bisu Ku. Saya yakin dia tidak perlu belajar bahasa isyarat.

Entah mengapa dia yang menghela nafas.

"kadang kita akan menertawai masa lalu kita yang pahit..tapi untuk yang satu ini kamu akan menyesal saat bentuk Kerinduanmu harus dilayangkan bersama dengan undangan pernikahan, entah itu kepunyaanmu atau itu atas namanya."

Tersodok rasanya dada ini mendengar nasehatnya..belum selesai dia kembali berbicara.

"harga dirimu tidak akan habis hanya dengan mengutarakan kerinduan pada seorang kawan. Aku yakin..kalian teman yang cukup dekat sehingga jarak pasti membuat jiwa kalian rindu."

Bahasanya berubah. Lebih formal dan seperti sastrawan. Menurut ku Lucu. Yaah..aku menertawai kemalangan ku. Rindu yang bertepuk sebelah tangan.

~~

"waduuh, parah..kebiasaan ngerapel makan jadinya perutku kambuh lagi." keluh ku sambil menahan asam lambung yang sudah naik ketenggorokan.

Malam ini aku lagi-lagi terbangun dini hari.

Sunyi. Saking heningnya , Suara detik jam kedengaran begitu jelas.

Kepalaku tidak penat lagi. tarikan nafasku juga sudah tidak berat. Kali ini tangan ku yang terlalu ringan karena dengan santainya mengambil handphone yang berada tepat di sampingku.

Jari-jemariku nampaknya terlalu lincah. Otakku tidak bisa menghentikannya yang dengan tulus mengutarakan hasrat hati.

"beeeibh...aku kangeeeen. Beiibh, kamu udah bobo? Kamu kok lama sih di sana? Kapan kamu ke sini lagi? Aku kangen beiiibh...."

"Beiibh...aku pengen dengar suara kamu. Lewat vn juga boleh. Beiiibh..telfonku kok gak pernah mau diangkat??"

"Beeibh..main tebak gambar di telapak tangan yuuk!"

"Beeeibh...akuuu minta maaf!" Pada kalimat ini, air mata ku jatuh. Sesak. Tapi juga melegakan. Dan jariku masih terus mengetik.

"aku sadar aku terlalu pengecut. Aku mengingkari perasaan aku sendiri. Tapi itu karena aku gak yakin kita bisa langgeng. Aku gak bisa kalo nantinya kita mesti putus dan akhirnya tidak punya hubungan sama sekali karna berteman lagi setelahnya akan terasa aneh."

"beiiibh...kenapa dulu kamu jadi protect banget siiih? Kamu juga jadi suka bentak aku. Cara ngomong kamu jadi kasar! Kenapa beiibh.."

Hening. Jari ku berhenti. Nadi ku berdenyut kencang.

Dan..air mata ku tumpah lebih banyak saat otakku memerintahkan untuk mengetik kalimat yang tertahan di paru-paru ku selama hampir tiga tahun.

"akuuuu sayang sama kamu!"

Deg deg deg

"selama ini itu yang mau aku bilang..tapi gak mungkin kalo aku masih punya pacar."

Deg deg deg

Aku merasa lebih baik.

*send*

"Gak apa di kirim..pasti gak akan nyampe. Jaringan di rumahnya parah."

Tapi itu cuma pikiranku. Pukul 02.45 semuaaa tanda pengiriman yang biasanya silang berubah menjadi huruf "R"..

Dada ku sesak. Pikiran ku kalut. Aku gak tauk mesti ngapain.sudah kubilang sifat impulsif akan merugikanku.

Ya Tuhaaaaan..aku mesti jawab apa kalo dia sampe kasih komentar?!

Kekalutanku gak berhenti..aku gak bisa melanjutkan tidur. jarum jam menunjukkan pukul 05.03. Azdan subuh memanggil.

"ya Allah tolong jangan merasa sebagai pelarianku. Karena hanya engkau tempat ku meminta ketenangan. Tolong aku ya Allah! Aku mungkin Tak pandai berdoa,tapi yang aku tau bahwa engkau tetap Dapat mendengar doa sekecil apapun itu."

~~

Bebeberapa hari setelah pesan BBM itu ter-Sent. Tidak ada kabar atau bentuk apapun itu sebagai balasan dari pesan ku yang tak sengaja terkirim.

Sampai pada saat dimana aku sudah bisa memberi makna pada balasan tersirat dari nya yang hanya diam Dan tak memberi respon, sebuah pesan masuk.

"han..aku baru punya pulsa."

Senang. Pasti. Salah tingkah. Tentu saja.
Dan bagian otakku yang lain mulai menghasut.

"dia harusnya gak ngediamin aku kayak gini. Masa sampe berhari-hari dia gak kasih sinyal apa-apa, padahal jelas banget dia baca pesan aku?!"

"perasaannya pasti udah berubah. Wajar kok, udah selama ini juga aku diamin dia." senyum simpul. Ada perih. Pikiranku melayang entah kemana saat mataku tak lepas memandang pesan singkat darinya. Sangat singkat. Dua jempolku masih bebas tak menyentuh keyboard.

Kesokan harinya dari pagi hingga siang hari, hasutan dari egoku masih meyakinkan bahwa ia hanya memastikan bahwa dia tidak bermaksud mengacuhkan ku tapi juga tidak menganggap pernyataanku sebagai sesuatu yang penting.

Namun di malam harinya saat lelah jiwa memberikan bantuan pada mataku untuk terlelap lagi-lagi pesannya yang sangat singkat masuk.

"Hana.."

Mata ku terkesiap langsung mencari kesadarannya. Tanpa menunggu komando, balasanku sudah sampai padanya.

"iya."

"kangeeen"

Dia bilang kangen. Harusnya aku senang. Tapi ada perasaan tidak puas. Dan aku malah hanya mengirimnya emoticon senyum Dan menanyakan mengapa ia belum tidur.

Dan ia kembali tak memberikan balasan.

~~

Keesokan harinya tumpukan jadwal menjadi seakan menjadi obat penenang. Tapi fotonya yang menjadi latar wallpaper hapeku lah yang menjadi moodbooster. Aku tetap gila.

Di subuh hari kembali aku terbangun Dan mengiriminya pesan. Pesan yang cukup untuk menghangatkan kerinduanku. Isinya kembali membahas kebiasaan lama ku dengannya.

"Selamat subuh,..di jam2 seperti ini kayaknya otakku baru bisa bekerja dgn baik. Apa kabar kamu?
Aku kangen kamu, kangen ketawa lucu mu krn gak bisa nahan geli klo di gelitik. Baik2 di sana...jgn lupa shoalat :')
"

Di pagi harinya ada balasan pesan dari sms ku.

"Selamat hari kesetiakawanan nasional, Han :)"

"Selamat :) "

Hanya itu yang bisa ku ketik.
Dan nampaknya aku pun tak harus mengambil ulang kelas pragmatic untuk mengetahui makna tersirat dari pesannya.

Kawan..

Ya..dia kembali menganggapku menjadi kawannya. Dan aku juga berhasil mendapatkan karmaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar