Apa kamu pernah mengejek cerita FTV yang terlalu mellow??
Berhati-hatilah karena
bisa jadi hal tersebut juga akan menimpamu.
Live is never flat. That’s true..
akan ada polemik, masalah, senyum
kecut, tangisan kceil, tawa lebar, ataupun (the worst) bisul dalam hati, dimana
dirimu tidak akan tahu apa yang sakit sampi akhirnya lukanya parah.
Hemmph, kamu pasti pernah memilih..apapun itu, pasti
terkadang merupakan sesuatu yang sulit. Butuh kerelaan untuk mengikhlaskan
option lainnya untuk tidak terpilih.
Hidup itu pilihan, dan akan ada orang yang diurung rasa
bimbang mengatakan bahwa memilih untuk
tidak memilih juga merupakan sebuah pilihan.
Picik, pengecut, penakut. Mungkin orang-orang kan
menjudgenya demikian.
Tapi itu juga merupakan pilihannya kan?!
Saat hatimu belum tahu akan berlabuh kemana, semntara telah
ada seseorang yang setia disampingmu, menemani dan menunggumu, bahkan
menyayangimu..
Dia telah berusaha sekuat mungkin untuk membuatmu bahagia,
tapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah “do you really happy?”
Jawaban yang tidak bisa kau jawab. Bukan karena tidak bisa,
tapi karena kamu tidak tahu.
Dan tiba-tiba semua yang kau lihat seperti kaca jendela mobil
di saat hujan turun. Berembun.
Hanya ada satu cara untuk membuatnya jelas, yaitu dengan
menyalakan AC.
Tapi itu akan membuatmu menggigil. Tersiksa. Dan kamu
memilih untuk keluar dari mobil.
Hahahaa, sama sekali tidak ada pada option sebelumnya.
Tapi, setidaknya kamu memilih.
Orang lain datang untuk membantu mu menghilangkan kabut
tersebut. Bisa jadi itu kan membuat mu merasa lebih jelas. Tapi juga bisa jadi,
akan membuat mu dilemma dengan kehadiran actor lain.
Sekali lagi kau memilih pergi dengan menyisakan masalah. Tidak
ada yang selesai. Kau selalu berlari dari masalah.
Kau menganggap kehidupanmu seperti sebuah FTV yang terlalu
melankolis. Tapi harus kamu ingat, sutradara dari FTV itu hanya manusia biasa. Tapi
penulis scenario hidup mu adalah Tuhan.
Kau mempercayainya. Tapi itu tetap membuat tidak bisa tegas.
Kau memendam sendiri pilihanmu. Tdak pernah menyebutkannya. Tidak
menulisnya di dinding wall-mu atau pun mempostingnya di twitter mu.
Kau bahkan tidak memberitahunya lewat line, atau
mengirimkannya pesan. Kau mengahpusnya dari daftar kontak mu, berharap masalah
itu akan terhapus sama seperti saat kau meng-end chat percakapan di BBM.
Tapi kau sama sekali tidak tahu apa-apa.
Kau tidak tahu bahwa masing-masing orang memiliki kotak Pandora,
yang jika terbuka, entah akan memberikan kejutan apa, atau akan menyakitkan siapa.